Arrow

Also in Category...


Masjid Arrahman Tertua ke2 di Pekanbaru

Posted by LKAR ~ on Selasa, 17 Juli 2012 ~ 0 comments

Masjid Arrahman Tertua ke2 di PekanbaruTernyata, setelah mendengar cerita seorang kakek yang bernama Ibrahim salah satu saksi hidup berdirinya Mesjid Arrahman Pekanbaru Riau. Ia bercerita bahwa Masjid yang berada di persimpangan jalan Soedirman dan Jalan Nangka Pekanbaru ini "katanya" adalah masjid tertua kedua di Kota Pekanbaru.

Dijelaskannya, lokasi bangunan Masjid Ar-Rahman merupakan tanah wakaf dari Raden Sastro Pawiro Djaya Diningrat. Pembangunan masjid ini dilakukan dengan swadaya masyarakat yang berada di sekitar Jalan Sumatera dan wilayah Pekanbaru hingga ke Tangkerang. Namun begitu, Raden Sastro merupakan donatur terbesar dan yang berperan penting dalam pembangunan masjid ini.


"Raden Sastro memiliki banyak jasa dengan masjid ini, karena dialah yang memberikan konstribusi besar untuk terwujudnya masjid ini. Tidak hanya itu, yang menggagas masjid ini adalah Raden bersama masyarakat sekitarnya," ujarnya sampil mempermainkan kacamata yang berada di tangannya.

Dalam penuturannya, pembangunan masjid ini dimulai tahun 1930 hingga 1935. Saat itu, di sekitar masjid terdapat tiga rumah panggung. Raden bersama masyarakat berswadaya membangun satu-satunya masjid yang berada di tengah kota itu. Konsep pembangunan juga sangat sederhana. Dinding, lantai, dan tiang masjid saat itu hanya berasal dari papan biasa dengan atap daun dan bangunan berbentuk panggung dengan ketinggian 1 meter. Luas bangunan juga hanya 8x8 m2. Masjid juga dicat menggunakan oli bekas, sehingga warna masjid sedikit hitam kecoklatan bergabung dengan warna papan.

Meski sederhana, warga Pekanbaru yang mayoritas muslim saat itu terus memenuhi masjid tersebut. Mulai dari warga Jalan Sumatera, Tangkerang, Cut Nyak Dien, A Yani hingga di Jalan Pinang. Apalagi setelah tabuhan beduk disambut dengan suara azan terdengar saat masuknya waktu salat.

"Dulu sangat ramai, bahkan masjid ini penuh. Terutama waktu beduk yang saat itu ada ditabuhkan dan ditambah suara azan dari muazin. Begitu mereka masuk, lantai papan masjid berderak-derak (berbunyi), apalagi saat kita sedang melaksanakan ibadah salat jamaah. Bisa dikatakan tidak pernah tidak penuh masjid ini pada masa itu," ujar lelaki yang lahir 20 Agustus 1932 itu.

Melihat kondisi ini, sekitar tahun 1960 warga mulai berswadaya menurunkan bangunan masjid itu dari panggung menjadi tidak panggung. Namun kondisi bangunan tetap sama tanpa ada perubahan. Pasalnya saat itu, Raden yang rumahnya saat itu berada tepat di atas tanah yang saat ini berdiri gedung delapan lantai PT Surya Dumai.

"Kalau ditotal sebelum Pemko, kami sudah memrenovasi masjid ini sebanyak dua kali. Yaitu tahun 1935 dan 1960 yang lalu. Pemko sendiri baru merenovasi masjid ini sekitar tahun 2005 yang lalu," jelasnya.

Pada tahun 2004 yang lalu Pemerintah Kota Pekanbaru telah melakukan pembebasan lahan yang berada di sekitar mesjid Ar-Rahman. 4.700 meter persegi tanah yang dibebaskan, dan saat ini lah yang dibangun Masjid Ar-Rahman dan Gedung BAZ serta KPU Pekanbaru. Setelah itu sekitar tahun 2006 lalu pemerintah Provinsi Riau membantu bangunan sekitar 610 meter persegi.

Banyak perubahan yang terjadi di masjid ini, bahkan bisa dikatakan berubah 100 persen. Dari sebuah masjid yang kecil saat ini berubah menjadi sebuah masjid yang sangat mengah. Tak ayal, Pemko Pekanbaru menasbihkannya menjadi salah satu ikon Kota Bertuah ini. Namun satu yang tak akan pernah hilang diingatan Ibrahim, sesaat ketika Ustadz Abdullah Hasan yang tidak lain adalah orangtua dari Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah MM menyampaikan tausiahnya yang memang kerap dilakukan.

"Bentuk bangunan bisa berganti, tetapi nilai sejarah yang terkandung tidak akan hilang. Satu hal yang tidak akan saya lupakan yaitu pesan dari Uztad Abdullah Hasan dalam dakwahnya," ujarnya kakek bernama Ibrahim itu.


Related Posts

Tidak ada komentar:

Leave a Reply